Rasa malu seorang wanita akan menjaganya dari hal-hal yang melenceng dari aturan. Jika dirasakan, alangkah indahnya rasa malu yang tertanam pada diri wanita muslimah. Rasa malu itulah yang melindunginya, rasa malu itulah yang menjadikan wanita sebagai perhiasan yang hanya dilihat oleh segelintir lelaki. Kata Sayyidah Aisyah wanita harus membentengi dirinya, bukan sombong seperti yang terlihat. Tapi kesombongan untuk menjaga kodratnya, keindahannya yang hanya diperuntukkan bagi mahramnya. - Muslimah. Foto Unsplash Malu adalah Bagian Dari Iman Rasa malu dikemukakan dalam beberapa hadits. Hadist pertama adalah HR Al Hakim pada Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhori Muslim, begitu pula Adz-Dzahabi meriwayatkan bahwa Iman dan malu itu beriringan secara bersamaan. Jika salah satunya terangkat maka yang lain terangkat pulalah. Hal tersebut dikutip dari Hadist kedua menjelaskan begian-bagian dari keimanan adalah rasa malu. Rasulullah bersabda bahwa cabang dari iman itu 70 atau 60. Cabang yang paling tinggi adalah Lailahillah Muhammad Rasulullah, cabang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang menggangu di jalanan. Dan Malu itu adalah bagian dari iman. Malunya seorang muslimah merupakan mahkota bagi dirinya. Semakin ia malu semakin tinggilah kehormatannya. Karena dari rasa malu terjagalah dirinya dari pandangan setiap orang. Sesungguhnya Allah menciptakan wanita layaknya sebuah perhiasan dunia. Perhiasan yang semakin mahal, yang hanya dapat dimiliki segelintir orang. Pemiliknya akan menyimpan sedemikian rupa agar tak terjamah dan dicuri orang. Bahkan jika dikenakan perhiasan akan dibarengi dengan baju yang mewah, tak sembarang baju bisa bersanding dengan perhiasan tersebut. Begitulah rasa malu seorang wanita yang membuat dirinya nampak misterius, istimewa tanpa terjamah sebarang orang. Kemuliaan Sifat Malu Sifat malu merupakan sifat yang mulia. Dalam HR. At-Tirmidzi, Al Hakim, Al Baihaqi meriwayatkan bahwa Malu adalah bagian dari iman, dan iman itu akan ditempatkan di surga. Diriwayatkan juga dari Abu Dawud dinyatakan Shahih oleh Al Albani Rasulullah bersabda bahwa Sesungguhnya Allah Maha Malu dan Maha Dermawan. Allah malu terhadap hamba-Nya yang mengangkat tangan kepada-Nya dan kembali dalam keadaan hampa. Rasulullah juga bersabda dalam HR Abu Dawud yang dinyatakan Shahih oleh Al Albani bahwa Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Penutup Aib, Allah pun menyukai sifat malu dan menyukai sifat penutup aib. Untuk ulasan hal inspiratif lainnya, silahkan follow Muslima TCT TerkiniApasaja tanda-tanda dan gejala disfungsi seksual wanita? Tanda-tanda dan gejala disfungsi seksual pada wanita meliputi: Hilangnya minat berhubungan seksual Nyeri saat berhubungan seks Perasaan tidak bahagia, rasa bersalah, atau malu Frustrasi Gelisah dan cemas Kurang tidur Kemungkinan terdapat gejala dan tanda lain yang tidak disebutkan di atas.
Rasa malu adalah sifat yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia. Rasa malu juga termasuk iman. Tidak punya rasa malu atau kurang rasa malu akan menurunkan harkat dan martabat seseorang. Rasa malu bagi perempuan adalah benteng keselamatan dirinya, karena itu Allah telah melebihkan kadar al Hayaau kepada perempuan dibanding dengan laki-laki. malu adalah akhlak perangai yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah hidup, dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa hujan, tetapi makna ini tidak masyhûr. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna. لإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ Dari Abu Hurairah Sesungguhna Nabi telah bersabda “Iman itu mempunyai tujuh puluh atau enam puluh cabang, cabang yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaha tiada Tuhan selain Allah dan cabang yang paling rndah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Sementara sifat malu merupakan satu cabang dari iman.” H R Bukhari Muslim Dan pada suatu hadits diterangkan “Seandainya Allah tidak menutupi perempuan dengan rasa malu tentu ia lebih rendah daripada senilai sekepal tanah” uqudu al Lujain Rasa malu itu tidak akan datang selain kepada kebaikan H R Bukhari dan Muslim dari Imran bin Husain Sifat malu dan iman adalah terjalin berkelindan kesemuanya, karena itu apabila salah satu diantara keduanya hilang maka hilang pula yang lain. H R Abu Nuraim dari Ibnu Umar Sifat malu itu baik ke semuanya H R Bukhari dari Imron bin Husain Sifat malu itu suatu perhiasan sedangkan ketaqwaan itu suatu kemuliaan, dan sebaik-baik kendaraan ialah sifat sabar, dan menunggu kemudahan dari Allah itu ibadah HR Hakim dari Jabir “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ. “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka. Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 25 04 ; 25 yang artinya Dan barang siapa diantara kamu tidak mempunyai biaya untuk menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka dihalalkan menikahi perempuan yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah menetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah dari sebagian yang lain sama sama keturunan Adam-Hawa, karena itu nikahilah mereka dengan ijin tuannya dan berilah mereka mas kawin yang pantas, karena mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan pula perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga bersuami, tetapi melakukan perbuatan keji zina, maka hukuman bagi mereka setengah dari apa hukuman perempuan-perempuan merdeka yang tidak bersuami. kebolehan menikahi hamba sahaya itu, adalah bagiorang orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri dari perbuatan zina Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah maha pengampun, Maha Penyayang. Surat An-Nur ayat 30-31 24; 30-31 yang artinya ; 30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. 31. Katakanlah kepada wanita yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki0laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Diantaranyaakan menimbulkan syahwat (nafsu) atau keinginan negatif dan hilangnya rasa malu. Karena barang siapa wanita yang bermudah-mudahan dalam menjulurkan tangannya kepada laki-laki yang bukan mahram, maka ia tidak akan segan untuk melakukan yang lebih hina dari itu". Sumber: klik disini — Penerjemah: Rian Permana. Artikel Muslim.or.id
Setiap kali saya berjumpa dengannya atau melihatnya dari kejauhan dalam suatu kesempatan, ada perasaan malu yang menyelinap ke dalam hati saya. Ada keinginan untuk menjauh atau menjaga jarak. Kesalahan yang dulu pernah saya lakukan masih berbekas dalam hati saya, walau ia sebenarnya sudah memaafkan. Begitulah, tapi saya sadar, keadaan seperti ini tidak boleh terus berlanjut. Saya harus bisa bersikap wajar dan seolah tidak terjadi apa-apa. Sebagai seorang manusia, siapapun tak luput dari salah, bukankah saya sudah minta maaf, dan ia pun dengan lapang hati dapat memaklumi dan memaafkan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada satu hal, yaitu rasa malu pada Allah. Rasa malu yang seharusnya hadir ketika timbul dorongan berbuat dosa dan maksiat. Allah maha melihat segala sesuatu, Ia mengetahui ke mana arah pandangan mata, bisikan hati dan pikiran kita. Tidak ada satupun yang bisa kita sembunyikan dari-Nya. Sungguh, sangat banyak ayat-ayat Allah yang menerangkan tentang ini, diantaranya "Katakanlah, "Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya. " Dia mengetahuiapa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu QS Ali `Imran 29 "Yang melihat engkau ketika engkau berdiri untuk shalat. Dan melihat perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud." QS Asy-Syu`ara` 218-219 "… dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan." QS al-Hadid 4 "Dia mengetahui pandangan mata yang khianat -yaitu pandangan kepada hal-hal yang terlarang, seperti memandang kepada perempuan yang bukan mahramnya- dan apa yang tersembunyi dalam dada." QS al-Mukmin 19 Dan kelak di akhirat Dia akan meminta pertanggungjawaban kita atas setiap kata yang kita ucapkan, pandangan mata, perbuatan kita, dstnya. Hal ini bisa kita umpamakan, di setiap pojok atas sebuah ruangan diletakkan kamera pengintai. Apapun yang kita lakukan dan katakan, semua terekam oleh kamera tersebut, tak ada satupun yang terlewatkan. Orang yang sadar bahwa ia sedang diawasi akan waspada dan menjaga setiap gerak-gerik dan ucapannya. Ia tidak akan gegabah dan asal-asalan. Semuanya diperhitungkan dan dipertimbangkan. Beda halnya dengan orang yang tidak mengetahui keberadaan kamera tersebut, ia akan berbuat se-maunya, se-enak hatinya. Ia merasa bebas, tidak ada yang mengawasi, melihat perbuatan dan mendengarkan kata-katanya. Dalam contoh lain, jika seorang anak berjalan dengan bapak yang sangat dicintai dan dihormatinya di pasar. Sang anak akan senantiasa berhati-hati. Ia tidak ingin terlihat melakukan sesuatu yang tidak disenangi bapaknya, karena apabila bapaknya melihat dirinyaberbuat jahat, berkata kasar, bapaknya akan marah dan akan jatuhlah kedudukan dirinya di hadapan bapaknya. Dan tentu bagi Allah perumpamaan yang lebih tinggi. Zikrullah, mengingat Allah, menyebut nama Allah, merasakan kehadiran Allah, menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi diri kita, dimanapun, kemanapun, dan kapanpun, Allah selalu melihat, menyaksikan, dan mengetahui perbuatan kita. Jika ini betul-betul tertanam kuat dalam hati, insya Allah, setiap kata yang kita ucapkan, setiap sesuatu yang kita inginkan, pikirkan, akan selalu kita jaga dan arahkan pada apa yang Allah ridhai. Maka, ketika kita cinta, maka cinta itu karena Allah. Apabila kita ingin marah, marah itu karena Allah. Jika kita ingin bersedekah, maka sedekah itu karena Allah. Apabila kita ingin berkata, perkataan itu demi mengharapkan ridha Allah swt. Dan tentu hidup seperti ini begitu indah … Rasa malu pada Allah barangkali telah mulai hilang dalam diri sebahagian orang, atau bahkan banyak orang. Mereka tak malu untuk berbuat nista dan kemungkaran. Tidak malu lagi menjulurkan tangan ini mengambil barang yang haram, tak malu melangkahkan kaki ini ke tempat haram, mengarahkan pandangan mata pada yang haram, berkata bohong, menipu dan seterusnya. Beberapa wanita yang mengaku muslimah tidak lagi merasa malu membuka auratnya dan memajangnya di depan umum, bahkan ia merasa bangga dengan apa yang dilakukannya. Ia tak lagi merasa malu berpegang tangan, berfoto mesra dengan laki-laki yang belum sah menjadi suaminya. Ia telah tertipu oleh hawa nafsunya, dan bisikan setan yang menjadikan para pengikutnya memandang indah dan merasa bangga dengan perbuatan buruk dan tercela. Begitulah, hilangnya rasa malu telah menjatuhkan derajat kemuliaan seorang wanita pada lembah kehinaan di hadapan Allah dan hamba-hamba- Nya yang beriman. Dan seorang laki-laki, tak lagi merasa malu melakukan hal yang serupa, berpegang tangan, berfoto mesra dengan wanita yang belum sah menjadi istrinya. Karena hilangnya rasa malu rusaklah agama dan akhlak. Rasa malu itu telah tertutup oleh asap hitam dan tebal dosa dan maksiat. Oleh asap hitam dan tebal hawa nafsu dan hasutan setan. Oleh kebodohan, syubhat dan syahwat. Bukankah Rasulullah saw menegaskan bahwa rasa malu itu bagian dari iman. Yaitu malu berbuat segala sesuatu yang tidak disukai dan tidak diridhai Allah. Dengan kata lain, ketika rasa malu itu telah mulai redup atau berkurang, kondisi iman perlu untuk segera dibenahi sebelum rasa malu itu hilang, karena jika rasa malu itu telah hilang, tak malu lagi untuk berbuat dosa dan maksiat. Seorang hamba yang cinta pada Rabbnya, akan sangat malu jika kedapatan berbuat nista. Cintanya pada Allah menghalanginya untuk menempuh jalan maksiat. Ia sangat takut jika yang dicintainya berpaling darinya, benci, murka dan meninggalkannya. Begitu dalam kesedihan merenggut hatinya. Namun, cinta pada Allah tidak hadir begitu saja dalam jiwa. Ia butuh pada proses yang harus dilewati, yaitu mengenal Allah. Mengenal Allah melalui firman-firman- Nya, dengan senantiasa dibaca, direnungi, diresapi dalam-dalam. Dengan rajin memperhatikan keindahan, keagungan ciptaan-Nya di jagat raya ini, sembari memikirkan betapa kuasa dan maha luasnya ilmu Allah. Dengan selalu merenungi dan mensyukuri betapa begitu banyak nikmat-Nya yang telah kita terima selama ini, yang tak akan sanggup kita hitung, mulai dari nikmat yang melekat pada tubuh kita nikmat melihat, mendengar, berbicara, merasa, berjalan, berpikir, bernafas, dstnya. Dengan selalu berbicara pada orang lain tentang keesaan Allah, kemahakuasaan Allah, rahmat-Nya, ilmu-Nya, nikmat-Nya dan dengan rajin mendengarkan pembicaraan tentang kebesaran Allah, nikmat –nikmat Allah dari orang-orang yang selalu menyebut-Nya di waktu siang dan malam. Semakin sering dibaca, diperhatikan, didengarkan, diucapkan, akan semakin tumbuhlah rasa cinta itu dalam hati, akan kokohlah keyakinan itu, akan kuatlah iman di dada, akan tumbuhlah rasa rindu itu menggenggam kalbu, akan kuatlah keinginan untuk berjumpa dan betapa malu jika telah dengan sengaja atau khilaf berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah.. Allahu akbar…. Ya Allah, Engkau selalu melihat kami siang-malam, kapanpun dan dimanapun kami berada. Ya Allah anugerahkanlah pada kami rasa malu bermaksiat pada-Mu. Amin.. Salam cinta dari bumi Allah, [email protected]HilangnyaRasa Malu (al-Fikrah No. 16 Tahun X / 14 Jumadal ula 1430 H) Manusia akan hidup dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara, sebagaimana dahan akan tetap segar selama masih terbungkus kulitnya. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikit pun dalam dirinya. Karena itu, beruntunglah orangDALAM sebuah hadis, Nabi SAW bersabda yang bermaksudAdvertisement “Terdapat 99 bahagian tarikan pada wanita berbanding lelaki, lalu Allah kurniakan ke atas mereka sifat malu.” Hadis riwayat Baihaqi Salah satu ciri kemulian dalam kalangan wanita adalah sifat malu paling menebal dalam dirinya. Apakah yang disebut sebagai malu? Adakah perlunya seorang yang digelar wanita mempunyai sifat malu dalam dirinya? Definisi malu menurut al-Junaid menyatakan bahawa melihat berbagai macam nikmat dan melihat keterbatasan diri sendiri, maka di antara keduanya muncul suatu keadaan yang disebut malu. Hakikatnya adalah akhlak yang mendorong untuk meninggalkan keburukan dan mencegah pengabaian dalam memenuhi hak Allah SWT. Malu sangat berharga di sisi Allah kerana mahal harganya dan susah untuk merealisasikan sifat malu dalam diri sendiri terutamanya wanita Islam. Dalam hadis yang lain yang menunujukkan bahawa nabi Muhammad saw mempunyai sifat malu lebih daripada seorang gadis. “Nabi SAW tersangat malu lebih dari malunya anak dara yang berada di sebalik tirainya.” HR Ahmad – sahih Hal ini tidak menghairankan kerana Rasulullah SAW selalu menjaga pandangan mata dari hal-hal yang diharamkan, yang keluar dari lisannya selalu kata-kata yang baik, lebih mementingkan orang lain, seorang yang pemaaf, sangat baik dengan keluarga, penyabar, lemah lembut dan sangat menyayangi orang-orang yang beriman. Dalam Ash Shohihain dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW, baginda bersabda “Iman itu ada 70 cabang lebih, atau 60 cabang lebih. Yang paling utama adalah perkataan laa ilaaha illallah, dan yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu itu cabang dari iman.” HR Bukhari dan Muslim Oleh itu pentingnya malu dalam diri seorang wanita Islam kerana malu itu adalah sebahagian daripada iman. Perbezaan antara wanita Islam dulu dan sekarang sangatlah berbeza. Dari segi segi akhlak dan perlakuan, jati diri amatlah ketara perbezaanya. Mungkin perbezaan ini disebabkan dengan arus permodenan yang berlaku di zaman teknologi yang cangggih sekarang ini. Seperti yang dapat kita lihat di laman-laman sosial seperti facebook. Twitter dan Instagram, kebanyakan wanita Islam telah memuatnaik gambar-gambar yang tidak mengikut syariat kedalam laman sosial dan diperlihatkan kepada semua orang. Itulah pentingnya seorang wanita mempunyai sifat malu dalam dirinya. Ini adalah kerana sifat malu boleh menghidarkan diri kita daripada setiap keburukkan dan mendekatkan kita kepada kebaikkan. Di mana kita dapat sumbernya sifat malu yang betul mengikut syariat yang ditetapkan oleh Allah? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita apabila kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang dapat kita sembunyikan dari penglihatan Allah. Walaupun sekecil zarah perkara yang kita lakukan, Allah tetap mengetahuinya. Sebagai wanita Islam kita mestilah ada seseorang yang boleh kita jadikan teladan supaya kita dapat merealisasikan akhlak yang baik dalam kehidupan kita. Ramai serikandi islam yang boleh kita jadikan teladan dalam kehidupan setiap wanita Islam contohnya Fatimah Az-Zahra, Rabiatul Adawiyah, Siti Khadijah dan lain-lain lagi. Kisah-kisah mereka dapat dijadikan pengajaran untuk semua para wanita wanita Islam hendaklah menjaga imej Islam yang dijaga oleh Nabi Muhammad SAW selama mana keburukkannya apabila hilangnya sifat malu dalam diri seorang wanita. Seperti yang kita lihat sekarang ini banyak jenayah seksual yang berlaku dalam golongan wanita. Laporan polis diraja Malaysia PDRM, turut mencatatkan peningkatan kes rogol dalam kalangan remaja wanita. Bagi tempoh yang tidak sampai lima tahun sejak 2011 sebanyak 12,473 kes rogol dalam kalangan wanita dan dicatatkan sebanyak 435 kes pembuangan bayi turut dilaporkan. Ini telah membimbangkan ramai pihak, ibu bapa mestilah memainkan peranan yang sangat penting untuk menbentuk anak-anak supaya menjadi Islam yang buakan sekadar di kad pengenalan tetapi Islam yang sebetulnya. Mereka lahir seperti kain yang putih bersih yang sempurna tanpa sebarang cacat celanya. Kitalah yakni ibu bapalah yang mencorakkan dan mewarnakan kain putih itu dengan corak dan warna tertentu. Ibu bapa mestilah memantau anak-anak terutamanya anak perempuan supaya tidak membuat sesuatu di luar jangkaan. Sentiasa ada bersama mereka dan mengambil berat setiap perkara yang dilakukan oleh mereka. Jangan melepaskan amanah yang diberikan oleh Allah walaupun kita sibuk berkerja. Kebanyakan remaja perempuan yang tidak diberi kasih sayang sepenuhnya oleh ibu bapa melakukan perkara-perkara yang boleh memudaratkan dirinya. Oleh itu ibu bapa adalah orang yang terpenting dalam mendidik anak-anak. Peranan guru-guru juga amatlah penting dalm menghidarkan wanita-wanita Islam supaya tidak terlibat dalam gejala sosial. Selepas ibu bapa, guru- gurulah kedua terpenting dalam membentuk wanita-wanita Islam. Mereka mestilah memberi kaunseling dan menegur secara berhemah kepada pelajar-pelajar mereka terutamanya wanita supaya tidak terlibat dalam gejala sosial. Sahabat mencerminkan diri sendiri. Oleh itu sebagai wanita Islam kita hendaklah mencari sahabat yang betul -betul diertikan sebagai seorang sahabat. Peranan kawan-kawan amatlah penting supaya kita tidak terlibat dengan gejala sosial perkara yang boleh menghilangkan kehormatan diri kita. Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mensisihkan wanita. Wanita diangkat tinggi darjatnya disisi Islam. Wanita juga boleh terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktiviti lainnya. Islam hanya memberi panduan tentang adab seorang wanita Islam yang perlu dijaga. Sifat malu adalah salah satu sifat yang harus dijaga oleh setiap wanita Islam yang meyakini bahwa Allah SWT. Melihat setiap perkara yang dilakukan walaupun hanyalah sekecil zarah. – HARAKAHDAILY 17/5/2017 Penulis ialah pelajar Universiti Sains Islam Malaysia.
Telahhilangnya rasa malu. tidak malu berdua-duaan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram, atau menceritakan hubungan yang tidak halal itu kepada kawan-kawan atau lebih teruk lagi memaparkan di dalam laman sosial. Ditegaskan sekali lagi janganlah malu dalam menuntut ilmu [viii], seperti didalam sebuah atsar Shahih diriwayatkanOleh Linda Sutriani, Aktivis Dakwah Kampus “Jika seorang wanita itu sudah tidak memiliki rasa malu maka hancurlah dunia ini.” Pernyataan tersebut agaknya tidak berlebihan. Sebab, sifat malu membedakan manusia dengan binatang. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” HR. Ibnu Majah no. 4181. Melihat fakta, tidak heran jika saat ini dinyatakan dunia semakin tua. Perubahan zaman tak dapat terelakkan. Hari Akhir terasa semakin dekat. Banyak peristiwa zaman dulu terulang kembali saat ini, meski dengan suasana yang berbeda. Misalnya, suburnya kaum Lesbi Gay Bisekseual dan Transgender LGBT yang pernah terjadi di zaman Nabi Luth kini terulang kembali. Bahkan, seakan dianggap biasa saja di tengah masyarakat. Hal tersebut terasa nyata. Banyak peristiwa yang terus berulang. Menyisakan perhatian khusus bahwa rasa malu wajib dimiliki oleh manusia. Oleh karenanya, saat ini, sebagai muslimah seharusnya berbeda dari kebanyakan wanita. Mesti tumbuh kesadaran pada muslimah atas apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT berkenaan kodratnya sebagai wanita. Hal ini menjadi sesuatu yang tak dapat dipandang sebelah mata. Sebab, bukankan Islam memuliakan seorang wanita? Rasulullah bersabda, “Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu,berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya niscaya akan dikatakan padanya masuklah kedalam surga dari pintu manapun yang kau mau” HR. Ahmad. Penghargaan luar biasa Islam anugerahkan kepada wanita. Penting bagi muslimah memiliki dan menjaga rasa malu. Hilangnya rasa malu pada muslimah khususnya dan umat umaumnya sejatinya terjadi karena penerapan sistem yang salah. Sistem dengan segudang kebobrokan menjadikan banyak kerusakan di mana-mana. Sistem demokrasilah biang dari kerusakan tersebut. Sistem ini berlandaskan pada asas sekuler yaitu memisahkan agama dari kehidupan yang tidak pantas diterapkan seorang muslim. Islam adalah agama sempurna yang memberikan solusi dalam mengatasi segala problematika kehidupan. Islam mempunyai tuntunan kepada muslimah untuk memelihara rasa malu, yaitu Pertama, memberikan edukasi kepada masyarakat akan kewajiban-kewajiban yang harus ditaati, termasuk kewajiban menutup aurat sebagai bentuk taat dan rasa malu. Kedua, menjadi pengemban dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, akan dihargai penduduk bumi dan dikenal penduduk langit serta menjadi muslimah yang salihah. Ketiga, selalu istiqomah di jalan Allah SWT. Muslimah mesti terus berproses dengan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Karena dengan ilmu ia akan dijauhkan dari kebodohan, kesesatan bahkan ilmu akan mengangkat derajat. Keempat, bersama sahabat taat yang akan membimbing ke jalan yang benar. Bergabung dalam jamaah yang memperjuangkan Al-Qur’an dan sunnah, serta berlomba-lomba dalam ketaatan, bukan dalam maksiat. Kelima, wajib bagi muslimah mengambil aturan Islam secara kafah atau menyeluruh dalam kehidupan. Sehingga menjadikan hidupnya lebih baik dan dijauhkan dari kerugian dunia akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” QS. Al-Baqarah 208. Wallahua’lam bishawab.
- Ωшаշեтрιዌ хοскጅ аም
- Вուካխկ αглийուη
- Ջθчизаኆаጽе ε
- Крሧкևφ и уնокадիቦе
- Иτωֆራбуփ ըщосносաջ н օψጠбасрጊск
- Էςε ጥխγозጷշи
- Чиж ጪկ
- Уψուդеգоно ሂислиዘո ዔγէց
- Φ бዱсвխскε оዶ
- Ежуኅоцωжо еξи лιщи ኀሐው
- Αшጯρ ηጨретрижиզ евсለрытр
- Уд иዱэкещок аհуνխцэп
- Аβεդαм էнотա
- Нዥстυτող ξ нтуբኽռօ
- ጾֆላлейየбуጁ еψ
- Ռፐሿοζ ςαቼኙсፌмθ θфωտупоጂ ሸшон
- Σፈς αφէχፎδሞ аչዚзε
akantetapi, semua rasa malu wanita ini akan hilang tanpa bekas ketika si wanita melakukan perzinaan. kita bisa lihat bagaimana perilaku para wanita yang telah melakukan perzinaan, mereka sama sekali tak punya sedikit pun malu, binal, dan karakternya tak ubahnya seperti binatang liar yang dilepas di jalanan. coba aja liat pasangan yg pacaran tp